Ada orang marah, mukanya ditekuk, urat wajahnya tegang, matanya merah, melotot ke arah saya...
"Sampean cuma hafal 40 hadits koq berani ngajarin orang lain..."
Saya diam saja karena, dia gak tahu bahwa hafalan saya bukan cuma 40. Lagipula dia pasti tahu: "Ballighuw anniy walaw aayah..."
Saya diam saja karena kata guru saya, debat itu tidak ada gunanya. Menyia-nyiakan waktu, mengeraskan hati dan menambah musuh.
"Sampean nda' ngerti apa, bahwa untuk ngajar itu diperlukan ilmu yang mendalam. Harus tahu asbabul wurudnya, harus tahu derajatnya, harus tahu rawinya, harus tahu ini itu..."
Saya diam saja karena dia pikir saya nda' tahu dan saya diam saja karena dia kira saya 'ngajar' padahal saya hanya 'melatih' untuk menghafal.
"Dimana-mana orang ngajar itu, harus faham apa yang diajarkan, jangan asal berceloteh aja..."
Saya diam saja karena kali ini dia benar bahwa saya tidak faham. Ya, bener...saya tidak faham.
Bagaimana mungkin orang lemah dan banyak dosa seperti saya ini dapat memahami perkataan mulia, dari lisan suci Rasulullah SAW.
Yang faham itu adalah para sahabat r.hum. Makanya Abu Bakar ra rela korbankan 100% hartanya di jalan Allah. Mus'ab bin Umair ra rela korbankan 100% nyawanya di jalan Allah.
Ya, saya diam saja karena saya lebih percaya sabda Rasulullah SAW yang memerintahkan untuk menyampaikan walau satu ayat.
Saya diam saja dan tidak berani mengatakan bahwa apa gunanya punya banyak ayat tapi tidak disampaikan.
Saya diam saja karena kata guru saya, debat itu tidak ada gunanya. Menyia-nyiakan waktu, mengeraskan hati dan menambah musuh.
Sudahlah, diam saja.... belakangan baru saya tahu bahwa ternyata orang itu 40 hadits juga tidak hafal... he he ternyata cuma hiburan...