Mau Sukses...?
|
Kesimpulan hubungannya, setiap kesuksesan berawal dari imajinasi besar, sebuah mimpi besar. Karena mimpi dan imajinasi ini adalah aksi otak kanan, so jika kamu mau sukses, gunakanlah otak kanan lebih dulu! Supaya sukses, berimajinasilah lebih dulu! Supaya sukses, gunakanlah otak kanan! Impikanlah impianmu! Itu berarti, kamu menggunakan otak kananmu lebih dulu. Sungguh benar RasulullahShollallohu ‘alayhi wa ‘alaa aalihi wa sallam !
Back From The Future Orang-orang sukses terus menerus menerapkan pola pikir “kembali dari masa depan”. Mereka memproyeksikan diri mereka beberapa tahun ke depan dan membayangkan seperti apa kehidupan mereka nanti jika mereka mampu mencapai semua sasaran mereka. Lalu, mereka akan melihat kembali pada masa kini, seakan-akan mereka sudah mencapai sebuah puncak gunung, kemudian melihat diri mereka saat ini yang sedang berada di lembah, siap menaiki gunung. Mereka kemudian akan memandang dan menyusuri jalan yang harus mereka lalui menuju ke tempat yang di dalamnya mereka akan berada pada masa depan. Menurut hukum kesesuaian, apa pun yang dapat kamu imajinasikan dengan jelas di dalam pikiranmu, pada akhirnya nanti akan kamu alami di dunia luarmu. Oleh karena itu, kamu kudu mampu memvisualisasikan sasaran-sasaran kamu sejelas dan senyata mungkin. Visualisasi Impian Kreatif Gimana caranya memimpikan impian yang bisa bikin sukses? Mudah! Lakukan saja visualisasi kreatif. Proses visualisasi kreatif banyak digunakan di dunia olah raga. Para atlet dianjurkan dan dilatih untuk membayangkan diri merkea menembakkan gol-gol spektakuler di lapangan hijau atau mencetak rekor baru lari sprint 100 meter. Majalah Success menulis, “Dengan memvisualisasikan tujuan-tujuan Anda, otak bawah sadar Anda mewujudkan gambaran-gambaran batin ini menjadi kenyataan.” Dengan cara seolah-olah menyaksikan dirimu berhasil mencapai tujuan, dan dengan memvisualisasikan dirimu mencapai cita-cita dan kesuksesanmu, kamu akan menjadi apa saja yang kamu impikan. Ya, begitulah hebatnya kekuatan visualisasi kreatif. Ini dia cara-cara melakukan visualisasi kreatif: 1. Carilah tempat tenang yang bisa bikin kamu rileks dan nggak terganggu oleh orang lain selama 20 menit. 2. Silakan cari tempat yang bener-bener tenang, bikin kamu rileks, and nggak terganggu sama orang lain. Mau ke pegunungan? Silakan. Mau ke hutan? Boleh. Tapi hati-hati sama kelabang dan kalajengking. 3. Pakailah pakaian yang bikin kamu nyaman. 4. Tariklah nafas dalam-dalam, bernafaslah dengan teknik 4-2-8. a. Tarik nafas dalam empat hitungan b. Tahan nafas selama dua hitungan c. Buang nafas dalam delapan hitungan 5. Tutuplah matamu dan bayangkan impianmu! Bayangkanlah kamu sedang mencapai kesuksesan atas cita-cita yang kamu inginkan! Lihatlah dirimu sedang beraksi melakukan profesi yang kamu cita-citakan. Kamu melakukan aksi itu dengan percaya diri, bangga, tersenyum, bersemangat. Saksikan sejelas mungkin imajinasimu itu seakan-akan ia adalah film yang diputar di depanmu. Saksikan dan resapi dengan penuh perasaan. 6. Buka matamu. Ulangi latihan ini setiap waktu. Kamu kudu bisa memvisualisasikan impianmu sejelas dan senyata mungkin. Visualisasikan sasaran-sasaranmu dengan intens dan ciptakan dalam dirimu perasaan yang sama dengan yang akan Anda rasakan jika Anda telah mencapai impian-impianmu. Visualisasikan impianmu sesering mungkin. Hidupkan kembali gambaran impian atau sasaran hidupmu itu seolah-olah kamu sudah merealisasikannya, dalam layar benakmu berkali-kali dalam sehari, sebanyak mungkin. Visualisaikan selama mungkin, terutama saat-saat sebelum tidur setiap malam. Lakukan secara berulang-ulang latihan visualisasi ini, dalam bentuk nyata, intens, sering, dan lama, sampai sasaranmu benar-benar terlihat jelas, hidup, bernafas, menarik, dan terlihat sebagai gambaran nyata. Semakin ahli kamu dalam memindahkan mimpimu melalu sasaran menjadi visualisasi, semakin tinggi motivasi dan tekadmu untuk mencapainya nanti. Semakin jelas sasaran yang kamu kembangkan, semakin tinggi keberanian dan kepercayaan dirimu! Kok Ngimpi Sih? Takut memimpikan impianmu? Takut memvisualisasikan impianmu? Takut dituduh banyak angan-angan? Ups! Sejujurnya, hampir setiap waktu, orang memvisualisasikan apa yang akan terjadi. Visualisasi akan suatu hal di masa depan adalah hal yang wajar dari setiap manusia. Sedikit banyak, jarang ataupun sering, sengaja atau tidak sengaja, sadar atau tidak, diakui atau diingkari, visualisasi akan beberapa hal di masa depan kita (pernah) muncul di benak kita. Ortumu pernah memvisualisasikan gimana dirimu jika besar nanti. Gurumu memvisualisasikan gimana murid-muridnya nanti jika udah ‘jadi orang’. Seorang ustadz yang mendidik santri-santrinya pernah membayangkan bagaimana kemungkinan santri terbaiknya nanti akan sukses kuliah di Madinah. Jadi, visualisasi itu biasa banget dalam hidup ini. Cuma, mereka nggak njalanin visualisasi kreatif. Mereka sekadar membayangkan saja. Kreatifnya nggak dipake. Memvisualisasikan bukanlah banyak berangan-angan. Memvisualisasikan sasaran serupa dengan menetapkan tujuan, visi, dan misi dalam sebuah organisasi. Tidak mungkin sebuah sekolah, yayasan dakwah, pondok pesantren, organisasi dakwah, tidak mempunyai tujuan, visi, dan misi. Lembaga-lembaga semacam ini pasti punya tujuan, visi, dan misi. Tentu saja lembaga-lembaga itu nggak banyak angan-angan. Ini sama saja dengan memimpikan impianmu. Bedanya, yang tadi adalah sebuah lembaga. Sedangkan visualisasi kreatif terjadi pada dirimu. Ini biasa saja, sering terjadi, cuma metode, dan bukannya tidak syar’i. So, siap gunakan otak kananmu? Berimajinasilah! Visualisasikan cita-citamu! Mulailah melangkah menuju sukses dari langkah yang paling awal dengan berani: impikan impianmu!(is) Sumber: majalah-elfata.com |
Keajaiban Otak
Otak manusia merupakan bagian tubuh paling kompleks yang pernah dikenal di alam semesta. Inilah satu-satunya organ yang senantiasa berkembang sehingga ia dapat mempelajari dirinya sendiri. Jika dirawat oleh tubuh yang sehat dan lingkungan yang menimbulkan rangsangan, otak itu akan berfungsi secara aktif dan reaktif selama lebih dari seratus tahun.
Bobby De Porter & Mike Hernacki sekitar tahun 90-an meluncurkan buku yang sangat terkenal yaitu Quantum Learning : Unleashing The Genius In You, yang diterjemahkan oleh Penerbit Kaifa dengan judul Quantum Learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan (1992). Dalam bukunya itu, kedua penulis menitikberatkan pada upaya untuk memanfaatkan potensi otak manusia secara optimal. Dalam hipotesisnya, Bobby De Porter & Mike Hernacki menyatakan bahwa otak manusia terdiri dari 3 (tiga) bagian dasar, yaitu batang atau “otak reptile“, system limbik atau “otak mamalia” dan neokorteks. Ketiga bagian itu masing-masing berkembang pada waktu yang berbeda dan mempunyai struktur syaraf tertentu serta mengatur tugasnya masing-masing. Batang atau otak reptile adalah komponen kecerdasan terendah dari manusia. Ia bertanggung jawab terhadap fungsi-fungsi sensor motorik sebagai insting mempertahankan hidup dan pengetahuan tentang realitas fisik yang berasal dari pancaindera. Apabila otak reptile ini dominan, maka kita tidak dapat berfikir pada tingkat yang sangat tinggi. Di sekeliling otak reptile terdapat sistim limbik yang sangat kompleks dan luas. Sistim limbik ini terletak di tengah otak yang fungsinya bersifat emosional dan kognitif. Perasaan, pengalaman yang menyenangkan, memori dan kemampaun belajar dikendalikan oleh sistim limbik ini. Sistim ini juga merupakan panel control yang menggunakan informasi dari pancaindra untuk selanjutnya didistribusikan ke bagian neokorteks. Neokorteks adalah bagian otak yang menyimpan kecerdasan yang lebih tinggi. Penalaran, berfikir secara intelektual, pembuatan keputusan, bahasa, perilaku yang baik, kendali motorik sadar dan penciptaan gagasan (idea) berasal dari pengaturan neokorteks. Menurut Howard Gardner, kecerdasan majemuk (multiple intelegence) berada pada bagian ini. Bahkan pada bagian ini pula terdapat intuisi yaitu kemampuan untuk menerima atau menyadari informasi yang tidak diterima oleh pancaindera. Selain tiga bagian diatas, otak juga dibagi menjadi dua belahan penting, yaitu otak kiri dan otak kanan, yang masing-masing bertanggung jawab atas cara berfikir yang berbeda-beda, walau penyilangan antara dua bagian itu pun tetap ada. Otak kiri bersifat logis, sekuensial, linier dan rasional. Otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif dan holistik. Kedua bagian belahan otak itu amat penting dalam kecerdasan dan tingkat kesuksesan. Orang yang mampu memanfaatkan kedua belahan otak ini secara proporsional akan cenderung seimbang dalam setiap aspek kehidupannya. Tentunya dalam kegiatan pembelajaran yang mengacu dan memperhatikan kedua belahan otak ini juga akan menentukan sejauhmana tingkat kecerdasan yang dapat diraih oleh peserta didik. Paradigma pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan kecerdasan selayaknya mengacu pada perkembangan otak manusia seutuhnya. Realitas pembelajaran dewasa ini menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar lebih banyak mengacu pada target pencapaian kurikulum dibandingkan dengan menciptakan siswa yang cerdas secara utuh. Akibatnya, peserta didik dijejali dengan berbagai macam informasi tanpa diberi kesempatan untuk melakukan telaahan dan perenungan secara kritis, sehingga tidak mampu memberikan respons yang positif. Mereka dianggap seperti kertas kosong yang siap menerima coretan informasi dan ilmu pengetahuan. |
Sementara itu, kegiatan yang terjadi di dalam ruang belajar masih bersifat tradisional yakni menempatkan guru pada posisi sentral (teacher centered) dan siswa sebagai objek pembelajaran dengan aktivitas utamanya untuk menerima dan menghafal materi pelajaran, mengerjakan tugas dengan penuh keterpaksaan, menerima hukuman atas kesalahan yang diperbuat, dan jarang sekali mendapat penghargaan dan pujian atas jerih-payahnya.
Oleh karena itu, dalam upaya mengubah paradigma pembelajaran sehingga dapat memberdayakan otak secara optimal, pendapat Eric Jensen dalam bukunya Brain Based Learning, patut untuk dijadikan rujukan. Dia menawarkan sebuah konsep dalam menciptakan pembelajaran dengan orientasi pada upaya pemberdayaan otak siswa. Menurutnya ada tiga strategi berkaitan dengan cara kita mengimplementasikan pembelajaran berbasis kemampuan otak, yaitu :
|