Rahasia Hidup BahagiaPelatihan Amal Sunnah 24 Jam
Paket Program Untuk: 1. Calon Pengantin 2. Suami Isteri 3. Keluarga (suami isteri anak) 4. Kantor (karyawan) 5. Sekolah (pelajar/mahasiswa) ------ Mohon MAAF para pembaca, jika Anda membaca artikel berikut ini mungkin bukan menambah kebahagiaan melainkan sekedar menambah 'maklumat'. Padahal kebahagiaan bukan datang dari 'maklumat' (teori) tetapi datang dari 'makmulat' (amal). Ada ribuan artikel tentang kebahagiaan menghiasi lembar demi lembar halaman koran, majalah dan buku-buku. Ada ribuan kilobytes space audio maupun visual telah dipublish ke berbagai media. Tapi demi Allah, tanpa diamalkan tidak akan datang kebahagiaan. MQG Training, akan melatih Anda sekeluarga untuk amalkan sunnah 24 jam sehari-hari. Dengan metode yang efektif dan unik, namanya Quantum Gislu (gampang ingat susah lupa). Anda akan langsung merasakan sendiri betapa sengsaranya ternyata hidup tanpa amal sunnah dan betapa bahagianya ternyata hidup dengan amal sunnah. Cobalah baca artikel berikut ini dan kirimkan perasaan hati Anda sejujurnya bahagia atau tidak... setelah membacanya, via SMS 081399108585 atau email: [email protected], atau vote pool berikut ini Apa itu Bahagia...?DEFINISI BAHAGIA
Definisi dan definisi bahagia itu akan dilihat dan dinilai dengan cara yang berbeda-beda, sesuai dengan tingkat kesehatan manusia itu sendiri dari segi fisik, mental dan spiritual. Manusia yang kurang sehat di mana-mana sudut, akan menilai kebahagian itu berdasarkan kekurangan yang dialaminya, lalu ini akan menyebabkan definisi yang didatangkannya bukan definisi kebahagian yang hakiki. Hanya manusia yang memiliki kesehatan yang maksimal pada ketiga sudut yang disebutkan itu saja yang mampu mendefinisikan makna kebahagian dengan definisi yang hakiki. Sebenarnya istilah "bahagia" itu adalah suatu hal yang unik dan terlalu seni untuk didefinisikan secara tepat, apalagi jika ia didefinisikan oleh bermacam orang yang sudah tentu bermacam-macam pula ragamnya. Hanya dengan menggunakan kacamata Islam yang berlandaskan Al-Quran dan Sunnah saja definisi bahagia itu dapat dilepaskan dalam bentuk praktek, sekalipun ia tidak berhasil diungkaikan oleh lidah yang tidak bertulang berupa sesuatu lafaz atau ucapan kata-kata. Bahkan kalau dihitung, definisi yang dilepaskan dalam bentuk praktik itulah yang lebih tepat dari definisi yang berhasil diungkaikan dan diungkapkan melalui kata-kata atau ucapan. Misalnya: Orang miskin akan menentukan kebahagiaan itu berdasarkan kekurungan yang ada pada dirinya yang ia terlalu ingin untuk memilikinya secara harta dan kemewahan, sedangkan orang kaya yang sudah bermewah-mewah dalam kehidupan, kadang-kadang melihat bahwa kehidupan simiskin lebih bahagia dibandingkan dirinya. Jadi, apakah yang mereka ingin nyatakan tentang definisi kebahagiaan itu sebenarnya? Berikut berarti rasa bersyukur dengan kemewahan dan reda dengan kemiskinan saja, masih belum cukup untuk menafsirkan makna kebahagiaan. Pendek kata kebahagiaan itu bukanlah apa yang dinilai oleh nafsu yang menyukai kehidupan serba mewah, bukan juga oleh jasmani kita yang terkadang tertipu oleh kebiadaban nafsu lalu hidup merana dan menderita, bahkan bukan juga terletak pada kecerdasan akal yang memikirkan akan betapa patutnya menggapai cabang-cabang kebahagiaan yang dianggapnya sebagai tempat yang paling patut untuk berpaut. Sekaligus bukan pula definisi yang didendangkan oleh hati yang kadang-kadang terjadi seperti pepatah Melayu: "Ikut hati mati, ikut rasa binasa". |
Al Qur'an dan Keluarga BahagiaAl-Quran menjelaskan bahwa Nabi kita SAW adalah contoh teladan yang baik untuk dijadikan contoh kepada fitur-fitur keluarga bahagia. Firman Allah SWT: Artinya: " Sesungguhnya adalah untuk kamu pada diri Rasulullah itu contoh ikutan yang baik, yaitu untuk orang-orang yang menginginkan (keridhaan) Allah dan (balasan baik) hari akhirat serta ia pula menyebut dan mengingat Allah banyak-banyak (dalam waktu susah dan senang) ". (Al-Ahzab: Ayat 74). Ayat tersebut menjelaskan bahwa mereka yang mengharapkan keridhaan Allah dan balasan yang baik di akhirat nanti disamping mereka tergolong dari kalangan mereka yang banyak mengingat Allah, maka untuk mereka contoh ikutan yang terbaik dari segala yang terbaik adalah diri Rasulullah. ini jelas membawa makna bahwa jika kita ingin menjalani hidup dan kehidupan di dunia ini dengan penuh rasa kebahagian dan menikmati penghidupan di akhirat dengan kebahagian, maka kita harus mencontoh diri beliau SAW dalam segala bidang, tanpa selektif-pilih dan mencoba mencontoh yang mana kita rasa sesuai dengan diri kita saja. Demikian juga dari sudut kehidupan berkeluarga. Umat Muhammad SAW harus mempelajari, mengkaji berikutnya menerapkan bagaimana ia menjalani hidup dan kehidupan di dunia ini sebagai jembatan untuk menempuh penghidupan yang kekal abadi di akhirat nanti. Maksudnya kebahagiaan di dunia ini berhubungan dengan kebahagiaan di akhirat nanti. Berikut sekaligus membantah pendapat mereka yang hanya mementingkan kebahagiaan hidup di dunia semata-mata tanpa mempertimbangkan kebahagiaan hidup di akhirat. Demikian pula halnya pendapat yang hanya mengutamakan kebahagaiaan hidup di akhirat semata-mata lalu memandang sepi kebahagiaan hidup di dunia ini. Tidak ada yang terlebih bahagia kecuali kebahagiaan hidup berkeluarga yang telah ditampilkan oleh Rasulullah SAW. Cuma apa yang mungkin menyebabkan penilaian manusia itu berbeda-beda tentang konsep bahagia itu, ada kolerasi dengan tingkat keislaman, keimanan dan ketakwaan masing-masing . Artinya untuk menerima baik hakikat kehidupan Rasulullah SAW itulah yang terbaik dari yang terbaik, terkait dengan 'maqam' atau martabat masing-masing dari sudut keislaman, keimanan dan ketakwaan. Kapan seseorang itu memiliki tingkat, maqam atau martabat keislaman, keimanan dan ketaqwaan yang rendah , ia sudah tentu tidak dapat menerima konsep kebahagiaan yang dijalani oleh Nabi SAW yang memperjuangkan hidup dalam taraf kemiskinan dari segi material. Tetapi mereka yang memiliki tingkat keimanan dan ketakwaan yang tinggi, tidak akan menjadikan materi sebagai barometer pada makna kebahagiaan itu. Semakin tinggi tingkat keimanan dan ketaqwaan seseorang maka semakin jelas baginya bahwa kebahagiaan yang hakiki itu adalah seperti yang ditampilkan oleh Rasulullah SAW dan juga Khulafaur Rasyidin, yang rata-rata melihat kebahagiaan itu berpaksikan keimanan dan ketakwaan yang tinggi, atau dengan kata lain menilai kebahagiaan itu dengan rohani, jasmani dan akal yang sehat tanpa ada mengidap suatu penyakit. hanya mereka yang benar-benar sehat total tiga aspek tadi saja yang merasa kebahagiaan yang ditampilkan oleh Rasulullah SAW itu sebagai kebahagian yang hakiki. Al-Quran pula mau semua manusia umumnya dan umat Islam khususnya memilih kehidupan berumah tangga yang bahagia seperti yang ditampilkan oleh Nabi SAW. Berikut jelas ketika Ummul-Mukminin Saiyiditina 'Aisyah RA ditanya tentang akhlak Rasulullah SAW, beliau segera menjawab bahwa: "Akhlak Rasulullah itu adalah (seperti klaim) Al-Quran". Firman Allah dalam surat Al -Ahzab ayat 74, hadits yang baru disebutkan (pada) dan banyak lagi ayat dan hadits yang mengupas tentang akhlak dan pribadi mulia Rasulullah SAW jelas menunjukkan bahwa Al-Quran adalah sebagai pembangkit keluarga bahagia, sedangkan Rasulullah SAW pula disahkan sebagai contoh yang harus dikuti oleh seluruh manusia umumnya dan umat Islam khususnya, jika benar-benar inginkan sebuah keluarga bahagia dalam arti-kata kebahagian yang hakiki. KESIMPULAN Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri dan dihiasi oleh sepak terjang anak-anak adalah satu institusi yang perlu kepada administrasi yang benar yang bisa menjamin kehidupan yang rukun, aman dan damai. Sedangkan suasana "Keluarga Bahagia" yang menjadi idaman semua manusia adalah tujuan yang ingin dicapai dengan apacara sekalipun. Cuma apa yang mencoba dicari terkadang begitu kabur saat penilaian terhadap arti kebahagiaan itu sendiri mengalami masalah akibat dari permasalahan yang dihadapi oleh manusia dari sudut ketiga elemen penting yang kita huraikan barusan. Namun apa yang dapat kita titipkan melalui catatan yang serba singkat ini dalam mendambakan kehidupan yang bahagia dalam institusi keluarga adalah; kesediaan kita untuk menjadikan Rasulullah SAW sebagai contoh teladan yang baik dalam segala agenda hidup kita, tanpa mempertikaikannya sedikitpun. Bilamana kita merasa kehidupan contoh (mithali) yang di tunjukkan oleh beliau tidak dapat kita terima, atau gagal kita ikuti, itu bukan berarti kita harus mencari alternatif lain dalam mencari kebahagiaan hidup. Tapi apa yang harus kita lakukan adalah mencoba sekuat energi untuk menerapkan segala apa yang dibawa oleh Rasulullah SAW, segala apa yang disuruh buatlah dengan kemampuan yang maksimal, demikian pula apa yang dilarang harus kita jauhi, hindari dan tinggalkan sama sekali dengan penuh rasa kesadaran dan keinsafan demi memperoleh keridhaan Allah SWT. Meningkatkan kualitas keislaman, keimann dan ketakwaan kita adalah diakui sah sebagai anak kunci sebuah kebahagiaan yang hakiki. Karena itu tergantung pada kita sejauhmana ikhlasnya niat kita dan juga usaha upaya kita untuk memiliki sebuah keluarga yang bahagia menurut kaca-mata Al-Quran yang merupakan "Kalamullah" dan berdasarkan contoh teladan yang ditampilkan oleh Nabi besar kita Muhammad SAW yang diakui oleh Allah SWT yang Maha Pencipta, Maha Mengetahui lagi Maha Pengasih dan Penyayang serta Maha Adil atas sekelian makhluk ciptaanNya. Wallahu a'alaamu bis-sowaab. AZHARI (S) 28 JULAI 2000 |