Apakah hadits hanya milik para kiyai, para ajengan, para ustadz, para santri....
Bagaimana nasib orang awam? Apakah mereka mau di-delete sebagai pewaris sabda Rasulullah SAW...?'
Apakah mereka tidak punya hak untuk menggerakkan lisannya mengikuti titah Rasulnya?
Jangan begitu...., Allah SWT adalah Maha Luas KaruniaNya. Rasulullah SAW telah diutus untuk menjadi rahmat seluruh alam.
Jangan, dibikin susah.... Sabda Baginda SAW; ad dinu yusrun, agama itu mudah.
Walau tidak sempat nginjak kobong pesantren, tidak sempat belajar huruf gundul atau gondrong, jangan didelete dari daftar ummat Nabi SAW.
Memang kesibukan mengurus dunia sudah terlanjur mengepung, anak isteri dan pekerjaan sudah kadung di tangan, tapi bukan berarti kerinduan untuk mendapat syafaat Rasulullah SAW telah sirna dari hati nurani mereka.
Biarkan mereka ikut belajar mengeja lafadz-lafadz mulia yang pernah keluar dari lisan Rasulnya.
Percayalah...., seluruh kata-kata mutiara ahli hikmah seluruh dunia dari kalangan jin dan manusia dikumpulkan menjadi satu, tidak akan sanggup menyamai nilai satu kata yang keluar dari lisan Rasulullah SAW.
Nasib Orang Awam II
Tebus dengan 40 kali Umroh
Hampir setiap orang islam hafal lebih dari 40 ayat Al Quran, tapi belum tentu hafal 40 Hadits.
Padahal Rasulullah SAW mewariskan dua harta pusaka, yakni Al Quran dan Hadits.
"Al Quran, ada kewajiban membacanya. Shalat tanpa baca Quran tidak sah.
Hadits, tidak ada kewajiban membacanya, tapi shalat tanpa mengikuti petunjuk Hadits, juga tidak sah..."
Oleh karena itu kita perlu belajar dua pusaka ini.
Pasangan Al Quran itu Hadits, pasangan iman itu amal, ada sayap kanan - ada sayap kiri, baru bisa terbang.
Sekiranya Rasulullah SAW mewariskan dua gunung emas niscaya orang akan berebut mengambil keduanya.
Bagi anak madrasah, kedua harta pusaka itu adalah makanan harian mereka, tapi bagaimana dengan orang awam? Apakah mereka akan dihalau dari barisan ummat?
Terus terang, banyak di antara mereka yang baru sadar, betapa jauh sudah menyimpang jalan hidupnya.
Untuk masuk madrasah sudah tidak mungkin, mau mondok takut digigit nyamuk, pekerjaan numpuk, anak banyak...ada sebagian yang isteri banyak
Nah, untuk menebusnya ada orang yang manggil 'guru ngaji' ke rumah, ada yang bikin ta'lim mingguan di masjidnya, ada yang buat pengajian bulanan di kantornya, dll
Bahkan sbg bukti penyesalan ada yang melakukan umroh 40 kali, haji berkali-kali, ziarah kubur wali-wali, sponsori maulid Nabi, dll.
Apakah cukup begitu menyesalnya? Apakah dengan cara seperti itu ada jaminan diterima taubatnya ?
Siapakah yang mau menyampaikan titah Baginda, kepada setiap orang, kepada setiap rumah, setiap kampung, setiap kota, setiap negara, setiap manusia seluruh alam sampai hari kiamat...?